Saturday 10 January 2015

HEPATITIS B


HEPATITIS B

A.    SEJARAH PERKEMBANGAN

WHO menyatakan hepatitis B sebagai penyebab utama yang kesembilan yang menyebabkan kematian di dunia. Pembawa kuman hepatitis B yang kronik mempunyai 100 kali lebih infeksius pada pasien dengan infeksi HIV dan 10 kali lebih infeksius pada pasien Hepatitis C. Virus hepatitis B pertama kali diidentifikasi pada tahun 1963 oleh Blumberg. Kemudian pada tahun 1967 Blumberg berhasil membuat vaksin hepatitis B.
Jumlah penderita hepatitis B di Indonesia kini mencapai 30 juta. Separuhnya merupakan penderita hepatitis B yang berpotensi menderita penyakit hati kronis. Terdapat lebih dari 2 miliar penduduk dunia yang telah terinveksi virus hepatits B dan lebih dari 360 juta penduduk di dunia yang menjadi pengidap kronis virus tersebut.

B.     JENIS VIRUS YANG MENYERANG

Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). HBV merupakan kelompok virus DNA berasal dari genus Orthohepadnavirus dan tergolong dalam famili Hepadnaviridae. Nama famili hepadnaviridae ini disebut demikian karena virus bersifat hepatotropis dan merupakan virus dengan genom DNA. Virus hepatitis B akan tetap bertahan pada proses desinfeksi dan sterilisasi alat yang tidak memadai, selain itu HBV juga tahan terhadap pengeringan dan penyimpanan selama 1 minggu lebih. HBV yang utuh berukuran 42 nm dan berbentuk seperti bola, terdiri dari partikel genom (DNA) berlapis ganda dengan selubung bagian luar dan nukleokapsid di bagian dalam. Nukleokapsid ini berukuran 27 nm dan mengandung genom (DNA) HBV yang sebagian berantai ganda dengan bentuk sekular. Mempunyai "HBsAg": terletak di permukaan partikel dan terdiri daripada lipid dan  protein.
http://htmlimg1.scribdassets.com/1n45f5xz97vcs00/images/4-9d084a9fa4/000.jpghttp://htmlimg1.scribdassets.com/1n45f5xz97vcs00/images/3-eb05e64d79/000.jpghttp://htmlimg1.scribdassets.com/1n45f5xz97vcs00/images/3-eb05e64d79/000.jpg


                                                                                      



Gambar  1. Virus hepatitis  B
 



C.     BAGIAN TUBUH YANG DISERANG
1.      Proses Kerusakan Hati
Hati yang normal halus dan kenyal bila disentuh. Ketika hati terinfeksi penyakit Hepatitis B, hati menjadi bengkak. Sel hati mulai mengeluarkan enzim alanin aminotransferase ke darah. Dengan keadaan ini dokter dapat memberitahu anda apakah hati sudah rusak atau belum. Bila konsentrasi enzim tersebut lebih tinggi dari normal, itu adalah tanda hati mulai rusak. Sewaktu penyakit hati berkembang, perubahan dan kerusakan hati meningkat.
2.      Fibrosis.
Setelah membengkak, hati mencoba memperbaiki dengan membentuk bekasluk atau parut kecil. Parut ini disebut "fibrosis", yang membuat hati lebih sulit melakukan fungsinya. Sewaktu kerusakan berjalan, semakin banyak parut terbentuk dan mulai menyatu, dalam tahap selanjutnya disebut "sirosis".
3.      Sirosis.
Kerusakan yang berulang, hati yang rusak dapat menjadi permanen dan menjadi koreng. Darah tidak dapat mengalir dengan baik pada jaringan hati yang rusak. Hati mulai menciut dan menjadi keras.
4.      Fungsi hati rusak.
Sewaktu sirosis bertambah parah, hati tidak dapat menyaring kotoran, racun, dan obat yang ada dalam darah. Hati tidak lagi dapat memproduksi “clotting factor” untuk menghentikan pendarahan. Cairan tubuh terbentuk pada abdomen dan kaki, pendarahan pada usus sering terjadi, dan biasanya fungsi mental menjadi lambat. Pada titik ini, transplantasi hati adalah pilihan satu-satunya.
5.      Kanker hati.
Kadang kala kerusakan sel hati diikuti dengan perubahan gen sel yang mana dapat menjadi kanker.









D.    MEKANISME PENYERANGAN
1.      HBV menyerang membran sel hati. Virus ini kemudian masuk ke dalam sel hati.
2.      Partikel inti yang mengandung DNA dilepaskan, dan DNA-nya berpolimerase ke dalam nukleus sel hati.
3.      Polimerase DNA ini menyebabkan sel hati membuat kopian DNA HBV.
4.      Sel ini kemudian memasang “kopian hidup” dari virus. Melalui cara ini, versi dari HBV dikonstruksikan lewat sel hati.
5.      Karena memproduksi protein permukaan secara berlebihan, selnya tetap bersatu membentuk bulatan kecil atau rantai, yang memberikan penampilan khas pada sampel darah dibawah mikroskop.
6.      Kopian dari virus dan antigen permukaan itu dilepaskan dari membran sel hati ke dalam aliran darah, dan dari sana dapat menginfeksi sel hati lainnya dan bereplikasi secara efektif.

E.     JENIS HEPATITIS B
1.      Jenis akut:
-          Masa inkubasi dari beberapa minggu sampai 6 bulan, tergantung dari jumlah replikasi virus.
-          Hanya 30% pasien yang disertai ikterus.
-          Infeksi akut biasanya ditandai dengan serum sickness pada 10-20% kasus, dengan demam, artralgia, artritis, dan kemerahan pada kulit.
-          Ikterus akan hilang dalam waktu 1-3 bulan, tetapi beberapa pasien mengalami kelelahan kronik meskipun kadar ALT telah kembali normal.
-          Pada umumnya kadar ALT dan HBsAg akan menurun dan hilang bersamaan; 80% kasus HBsAg hilang dalam 12 minggu setelah sakit.
-          Kadar aminotransferase yang tinggi mencapai 1000-2000 IU/l sering terjadi, dimana ALT lebih tinggi daripada AST.
-          Hepatitis fulminan terjadi pada kurang dari 1% kasus, biasanya terjadi dalam waktu 4-8 minggu setelah gejala, dan berhubungan dengan ensefalopati dan kegagalan multiorgan. Mortalitas hepatitis B fulminan > 80%.


2.      Jenis kronik (lebih serius selepas serangan yang akut)
Gejala yang paling sering adalah kelelahan, anoreksia, dan malaise. Kadang-kadang juga disertai nyeri ringan pada abdomen kanan atas. Hepatitis B kronik dapat tidak bergejala. Bila terdapat sirosis hati, reaktivasi infeksi dapat disertai dengan ikterus dan gagal hati. Selain itu dapat pula disertai manifestasi klinis ekstrahepatik.

F.      GEJALA
Gejala pada hepatitis B antara lain :
1.      Influensa (lemas, mual, muntah, diare, dan sendi serta otot terasa nyeri).
2.      Warna kekuningan pada kulit dan retina.
3.      Pembengkakan pada perut.
4.      http://htmlimg4.scribdassets.com/1n45f5xz97vcs00/images/12-21920f1427/000.jpgUrin berwarna gelap.
http://htmlimg4.scribdassets.com/1n45f5xz97vcs00/images/12-21920f1427/000.jpg





Warna kuning pada retina
 

Pembengkakan perut
 










G.    KOMPLIKASI
-          Infeksi virus Hepatitis B pada orang dewasa dengan sistem imun yang intake menyebabkan infeksi akut, dengan 1-5% kasus menjadi kronik.
-          95% neonatus yang terinfeksi akan menjadi Hepatitis B kronik.
-          Pada orang dewasa, gagal hati fulminan akibat Hepatitis B akut terjadi pada kurang dari 1% kasus. Survival spontan pada gagal hati akut akibat Hepatitis B adalah sekitar 20%.
-          Infeksi pada bayi 90% akan cenderung menjadi hepatitis B kronik, sedangkan infeksi pada anak usia 1-5 tahun 30-50% akan menjadi kronik.
-          Infeksi Hepatitis B dikatakan kronik bila HBsAg dalam serum positif lebih dari 6 bulan. Sekitar 1/4-1/3 pasien dengan infeksi Hepatitis B kronik akan mengalami penyakit hati yang progresif.
-          Hepatitis B kronik dapat menjadi sirosis hati dan hepatoma. Dua puluh lima persen pasien dengan hepatitis B kronik akan meninggal akibat sirosis hati maupun hepatoma.


H.    CARA PENULARAN
1.       Hubungan seksual tanpa pelindung dengan pengidap.
2.      Anak dari ibu yang terinfeksi.
3.      Bergantian jarum suntik yang tak steril, umumnya pada pemakai narkoba suntikan.
4.      Bergantian alat cukur atau sikat gigi.
5.      Transfusi darah.
6.      Alat tatto, tindik , akupuntur yang tidak steril dan terkontaminasi.
7.      Air liur, air mani, air mata, mukus, air kencing dan juga air susu badan.

I.       PENCEGAHAN
Pencegahan infeksi virus Hepatitis B dapat dilakukan melalui non imunisasi dan imunisasi. Pencegahan non imunisasi dapat dilakukan dengan cara :
1.      Menghindari kontak dengan darah maupun cairan tubuh pasien yang terinfeksi virus Hepatitis B.
2.      Hindari hubungan badan dengan orang yang terinfeksi sampai anda telah dilindungi dengan imunisasi.
3.      Hindari penyalahgunaan obat dan pemakaian jarum suntik secara bersama.
4.      Hindari pemakaian bersama alat cukur, sikat gigi, dan alat tatto.
5.      Bila ingin akupuntur, tattoo atau tindik pastikan bahwa semua peralatannya dalam keadaan steril.
Imunisasi Hepatitis B dilakukan pada bayi yang baru lahir dan anak/remaja yang belum pernah di imunisasi Hepatitis B tapi telah diperiksa darahnya terlebih dulu. Pencegahan imunisasi Hepatitis B terdiri dari dua bentuk, imunisasi pasif dan imunisasi aktif.
1.      Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif yang didapat melalui anti-HBs dapat melindungi individu dari infeksi Hepatitis B akut dan kronik bila diberikan segera setelah paparan, dengan menggunakan imunoglobulin yang mengandung titer anti-HBs yang tinggi. Profilaksis pasca paparan diberikan kepada bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita Hepatitis B, paparan membran mukosa atau kulit terhadap darah yang terinfeksi virus Hepatitis B, dan kontak seksual pada pasien yang HBsAg positif. Imunoglobulin Hepatitis B (HBIG) juga digunakan untuk melindungi pasien dari infeksi Hepatitis B rekuren setelah transplantasi hati. Efektivitas imunoglobulin Hepatitis B adalah 75% untuk mencegah Hepatitis B yang bermanifestasi klinis atau keadaan karier bila digunakan segera setelah paparan. Proteksi yang dihasilkan oleh HBIG hanya bertahan selama beberapa bulan.

Salah satu penggunaan utama HBIG adalah sebagai ajuvan vaksin Hepatitis B dalam mencegah transmisi Hepatitis B perinatal. Data penelitian menyebutkan bahwa terapi kombinasi HBIG dan vaksin Hepatitis B dapat meningkatkan efektivitas pencegahan infeksi perinatal sebesar 85-95% dan memberikan efek proteksi jangka panjang.
Imunoglobulin Hepatitis B juga diindikasikan untuk profilaksis pasca paparan jarum suntik atau luka kulit lainnya, yang terpapar dengan cairan tubuh pasien dengan  ininfeksi virus Hepatitis B. Profilaksis vaksin Hepatitis B sebelum paparan mengurangi kebutuhan terhadap HBIG. Sebuah studi menyatakan bahwa bila tidak diterapi, 30% individu yang tertusuk jarum yang terinfeksi virus Hepatitis B akan mengalami infeksi klinis dan penggunaan HBIG mempunyai efektivitas 75% dalam mencegah penyakit yang bermanifestasi klinis. Efikasi HBIG dalam pencegahan Hepatitis B klinis dan Hepatitis B kronik adalah 75% pula diberikan dalam waktu 7 hari setelah paparan.

2.      Imunisasi Aktif
Vaksin Hepatitis B yang aman, imunogenik, dan efektif telah dipasarkan sejak tahun 1982. Vaksin Hepatitis B mengandung HBsAg yang dimurnikan. Vaksin dapat diperoleh dari hasil kultur HBsAg dari plasma pasien infeksi Hepatitis B kronik (plasma-derived vaccine) atau dengan memasukkan plasmid yang mengandung gen S virus dan pada beberapa kasus pre-S1 dan atau pre S2 ke dalam ragi atau sel mamalia. Insersi ini akan menginduksi sel mengekspresikan HBsAg, yang berkumpul menjadi partikel imunogenik (vaksin DNA rekombinan). Vaksin tersebut mengalami inaktivasi, dimurnikan, dan ditambah aluminium fosfat atau alminium hidroksida, dan diawetkan dengan thimerosal.
Sebagian pabrik vaksin memproduksi vaksin kombinasi yang mengandung komponen Hepatitis B. Vaksin kombinasi yang sudah ada diantaranya adalah: difteri, tetanus, pertusis – Hepatitis B (DTP-Hep B); difteri, tetanus, difteri aseluler – Hepatitis B (DTaP-Hep B); difteri, tetanus, difteri aseluler – Hepatitis B – Haemophilus influenza tipe b (DTaP-Hep B-Hib); dan difteri, tetanus, difteri aseluler – Hepatitis B - Haemophilus influenza tipe b – polio inaktif (DTaP-Hep B-Hib-IPV). Selain itu juga terdapan kombinasi vaksin Hepatitis B dengan Hepatitis A. Tidak ada peningkatan efek samping maupun interverensi antara pemberian vaksin Hepatitis B dengan vaksin lain.
Vaksin Hepatitis B harus disimpan pada suhu 2-8oC. Vaksin yang mengalami pembekuan akan mengurangi efektivitas vaksin. Vaksin Hepatitis B tersmasuk vaksin yang termostabil. Pemanasan pada suhu 45oC selama 1 minggu atau 37oC selama 1 bulan tidak mengubah imunogenisitas dan reaktivitas vaksin.

Indikasi Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B diberikan kepada kelompok individu dengan risiko tinggi tertular Hepatitis B, diantaranya adalah:
·         Pekerja di bidang kesehatan.
·         Petugas keamanan yang rentan terhadap paparan darah.
·         Pekerja di panti sosial.
·         Pasien hemodialisis.
·         Pasien yang membutuhkan transfusi darah maupun komponen darah.
·         Kontak atau hubungan seks dengan karier Hepatitis B atau Hepatitis B akut.
·         Turis yang bepergian ke daerah endemik Hepatitis B.
·         Pengguna obat-obatan suntik.
·         Pria biseksual dan homoseksual.
·         Orang yang melakukan hubungan seks dengan lebih dari satu pasangan.
·         Pasien penyakit hati kronik.
·         Pasien yang berpotensi menjalankan transplantasi organ.

 Pemberian Imunisasi dan Dosis
Vaksin Hepatitis B harus diberikan secara intramuskular di otot deltoid pada orang dewasa. Pada orang dewasa, imunogenisitas vaksin akan berkurang bila vaksin disuntikkan pada gluteus. Panjang jarum yang digunakan sebaikya 1-1,5 inci untuk memastikan vaksin masuk ke jaringan otot. Penyuntikan vaksin secara intradermal tidak dianjurkan karena imunogenisitas pada usia muda lebih rendah, respons antibodi yang tidak konsisten pada orang tua, kurangnya pengalaman tenaga kesehatan dalam melakukan suntikan intradermal, dan kurangnya data tentang efektivitas jangka panjang. Vaksin Hepatitis B diberikan dalam 3 dosis pada bulan ke-0, 1, dan 6. Dua dosis pertama merupakan dosis yang penting untuk membentuk antibodi. Dosis ketiga diberikan untuk mencapai kadar antibodi anti-HBs yang tinggi.






Tabel 1. Rekomendasi Dosis Vaksin Hepatitis B
Keadaan
Recombivax HB
(10 µg/ml)
Engerix B
(20 µg/ml)
Bayi* dan anak < 11 tahun
2,5 µg/ml
10 µg/ml
Anak / remaja (11-19 tahun)
5 µg/ml
20 µg/ml
Dewasa (> 20 tahun)
10 µg/ml
20 µg/ml
Pasien hemodialisis
40 µg/ml (1 ml)#
40 µg/ml (2 ml) ##
Pasien imunokompromais
10 µg/ml (1 ml)#
40 µg/ml (2 ml) ##
Jadwal yang dianjurkan bulan ke-0, 1, 6
*Bayi yang lahir dengan ibu yang HBsAg (-)
# Formulasi khusus
## 2 dosis 1 ml disuntikkan di satu sisi dalam 4 dosis (bulan ke-0, 1, 2, 6)

Tabel 2. Rekomendasi Profilaksis Hepatitis B Setelah Paparan Perkutan
Status imun pasien yang terpapar
Rekomendasi bila sumber HBsAg (+)
Rekomendasi bila sumber HBsAg (-)
Rekomendasi bila status HBsAg sumber tidak diketahui
Belum divaksinasi


Sebelumnya sudah vaksinasi
Ø  Individu responder


Ø  Non responder


Ø  Respon tidak diketahui
HBIG  0,06 mg/kg + vaksin Hepatitis B



Terapi (-) atau pertimbangkan booster

2 x HBIG atau
1 x HBIG + vaksinasi Hepatitis B

Tes anti-HBs individu yang terpapar
 Ã˜  Bila inadekuat : 1 x HBIG + booster vaksin Hepatitis B
 Ã˜  Bila adekuat:
terapi -
Inisiasi vaksin Hepatitis B



Terapi (-)


Terapi (-)
Terapi (-)


Terapi (-)
Inisiasi vaksin Hepatitis B



Terapi (-)


Bila sumber risiko tinggi: terapi seolah-olah HBsAg (+)

Tes anti-HBs individu yang terpapar
Ø  Bila inadekuat : booster vaksin Hepatitis B
Ø  Bila adekuat: terapi-

Efektivitas Vaksin
Pemberian 3 dosis vaksin Hepatitis B secara intramuskluar menginduksi respon antibodi protektif pada lebih dari 90% dewasa sehat yang berusia kurang dari 40 tahun. Setelah berusia 40 tahun, imunitas berkurang dibawah 90%, dan saat berusia 60 tahun hanya 65-76% vaksin yang mempunyai efek proteksi terhadap infeksi virus Hepatitis B. Meskipun faktor pejamu lainnya seperti merokok, obesitas, infeksi HIV, dan penyakit kronik menyebabkan imunogenisitas vaksin yang rendah, tetapi usia merupakan factor determinan terpenting.

Efek Samping dan Kontraindikasi
Vaksin Hepatitis B merupakan vaksin yang termasuk aman. Efek yang ditimbulkan berupa nyeri di tempat injeksi, demam, reaksi anafilaksis, dan Sindrom Guillan-Barre. Reaksi alergi terhadap komponen vaksin termasuk thimerosal merupakan kontraindikasi pemberian vaksin.

Perkembangan Terkini
Imunogenisistas vaksin Hepatitis B dapat ditingkatkan dengan menggunakan ajuvan yang lebih poten. Vaksin HBVsAg/AS04 mengandung 3’-deacylated monophosphoryl lipid A (MPL) dan ajuvan MF59 mengandung antigen permukaan dan pre-S2. Keduanya mempunyai efek yang lebih baik. Penggunaan granulocyte colony stimulating factor juga dapat meningkatkan antibodi anti-HBs. Imunisasi menggunakan HBV DNA encoding untuk antigen permukaan Hepatitis B dan nukleoprotein menarik untuk diteliti sebagai profilaksis maupun untuk terapi. Vaksin yang berbasis DNA ini menghasilkan imunitas humoral dan seluler, juga respon sel CD4+ dan CD 8+.

 Pelaksanaan Vaksin Hepatitis B Pada Petugas Kesehatan
Sampai saat ini cakupan imunisasi pada petugas kesehatan masih rendah. Pada tahun 2006, di RSUPN Cipto Mangunkusumo dilakukan vaksin Hepatitis B pada 1142 petugas kesehatan. Sebagian dari petugas kesehatan tersebut mempunyai HbsAg yang positif. Alur yang dilakukan untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan vaksinasi tersebut adalah sebagai berikut.

Vaksin Hepatitis B Rekombinanan



Deskripsi
Nama & Struktur Kimia
-          Sifat Fisikokimia :
Suspensi berwarna putih, yang diproduksi dari jaringan sel ragi yang mengandung gene HBsAg, yang dimurnikan dan diinaktivasi melalui beberapa tahap proses fisiko kimia seperti ultrasentrifuse, kromatografi kolom, dan perlakuan dengan formaldehid.
-          Keterangan :
Vaksin Hepatitis B rekombinan adalah vaksin virus rekombinan yang telah diinaktivasi dan bersifat non-infectious, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansnula polymorpha) menggunakan teknologi DNA rekombinan.

Golongan/Kelas Terapi
Obat Yang mempengaruhi Sistem Imun












Indikasi
Imunisasi aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B. Vaksin ini tidak dapat mencegah infeksi yang disebabkan oleh virus lain seperti Hepatitis A, C atau virus lain yang diketahui menginfeksi hati. Dapat diberikan pada semua usia dan direkomendasikan terutama untuk orang-orang yang mempunyai risiko tinggi terinfeksi virus Hepatitis B.

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Setiap 1 ml vaksin mengandung HBsAg 20 mcg yang teradsorbsi pada Aluminium hidroksida 0,5 mg.Setiap 0,5 ml vaksin mengandung HBsAg 10 mcg yg  teradsorbsi pada Aluminium hidroksida 0,25 mg. Seluruh formulasi mengandung Thimerosal 0,01 w/v% sebagai pengawet. Untuk dewasa (>= 10 tahun) : 1,0 ml. Bayi/ anak (< 10 tahun) : 0,5 ml. Vaksin Hepatitis B disuntikkan secara intramuskuler, jangan disuntikkan secara intravena atau intradermal (terdapat bukti bahwa pemberian secara intradermal menyebabkan penurunan imunogenisitas). Pada dewasa/ anak > 1 tahun sebaiknya disuntikkan pada otot deltoid, sedangkan pada bayi sebaiknya pada anterolateral paha.1,2 Vaksin dapat  diberikan secara subkutan, khusus pada pasien yang mempunyai risiko perdarahan berat (hemofilia). Sebelum diberikan, vaksin harus dikocok lebih dulu. Vaksinasi dasar terdiri dari 3 dosis intramuskuler dengan jadwal 0-1-6 bulan. Vaksinasi ulang diperlukan setiap 5 tahun setelah vaksinasi dasar.













http://htmlimg4.scribdassets.com/1n45f5xz97vcs00/images/16-1f44383cd6/000.jpg




1411484620X310





Engerix B 10, vaksin pencegah virus Hepatitis B
 

Pemberian vaksin secara intramuskular
 











Stabilitas Penyimpanan : Vaksin harus disimpan pada suhu 2-8°C dan harus terlindung dari cahaya. Vaksin jangan dibekukan, penyimpanan di atas atau di bawah suhu 2-8°C akan menurunkan potensi. Daluwarsa 26 bulan.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap komponen vaksin, termasuk ragi. Penderita infeksi berat yang disertai kejang. Vaksinasi tetap dapat diberikan pada penderita infeksi ringan
Efek Samping : Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari. Keluhan sistemik seperti demam, sakit kepala, mual, pusing dan rasa lelah belum  dapat dibuktikan disebabkan oleh pemberian vaksin.
Interaksi Dengan Obat Lain : Vaksin Hepatitis B rekombinan dapat diberikan serempak dengan Hepatitis B imunoglobulin pada tempat penyuntikan terpisah. Dan juga dapat diberikan bersama-sama dengan vaksin DTP, OPV, dengan menggunakan jarum suntik dan lokasi penyuntikan yang terpisah,dan tidak mengganggu respon imun terhadap vaksin-vaksin tersebut. Obat-obat imunosupresan (kortikotropin, kortikosteroid, alkylating agents, antimetabolites, radiasi) : menurunkan respon terhadap vaksin Hepatitis B.
Terhadap Kehamilan : Kategori C. Efek antigen terhadap janin belum diketahui dan karena itu vaksinasi terhadap wanita hamil tidak direkomendasikan, kecuali pada keadaan risiko tinggi.
Terhadap Ibu Menyusui : Risiko pada bayi minimal.  Tidak tersedia data penggunaan pada manusia, namun vaksin dapat digunakan selama masa menyusui.
Peringatan : Untuk mencegah anafilaktik perlu selalu disediakan Epinephrine. Mengingat masa inkubasi virus hepatitis B panjang, ada kemungkinan terjadi infeksi yang tidak diketahui pada saat vaksinasi. Jangan diberikan pada daerah gluteal atau intra-dermal karena tidak akan memberikan respon imun yang optimal, dan jangan diberikan secara intravena. Pada pasien dialisis dan yang mempunyai kelemahan sistem imun, respon antibodi mungkin tidak cukup setelah vaksinasi dasar, karena itu perlu diberikan vaksinasi ulang.
Mekanisme Aksi : Menstimulasi imunitas aktif terhadap infeksi virus Hepatitis B (HBV). HBsAg  yang terdapat di dalam vaksin, meningkatkan produksi antibodi terhadap HBsAg (anti-HBs);  anti-HBs menetralkan HBV sehingga infeksi atau sifat patogeniknya dihambat.



Pemeriksaan Imunologi Hepatitis B
            HbsAg timbul dalam darah enam minggu setelah infeksi dan menghilang setelah tiga bulan. Bila persisten lebih dari enam bulan didefinisikan sebagai pembawa (carrier). Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk menetapkan bahwa hepatitis akut yang diderita disebabkan oleh virus B atau superinfeksi dengan virus lain.
            Anti-HBs timbul setelah tiga bulan terinfeksi dan menetap. Kadar Anti-HBs jarang mencapai kadar tinggi dan pada 10-15% pasien dengan Hepatitis B akut tidak pernah terbentuk antibodi. Anti HBs diinterpretasikan sebagai kebal atau dalam masa penyembuhan. Dulu, diperkirakan HBsAg dan anti HBs tidak mungkin dijumpai bersama-sama, namun ternyata sepertiga carrier HBsAg juga memiliki HBsAntibodi. Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi simultan dengan sub-tipe yang berbeda.
            HbeAg berkorelasi dengan sintesis virus yang tengah berjalan dan infeksius. Pada masa akut HBeAg dapat muncul transient, lebih pendek daripada HBsAg. Bila persisten lebih dari sepuluh minggu pasien masuk dalam keadaan kronik.
            Anti-Hbe adalah suatu pertanda infektivitas relatif yang rendah. Munculnya anti-HBe merupakan bukti kuat bahwa pasien akan sembuh dengan baik.
            HbcAg tidak dapat dideteksi dalam sirkulasi darah, tetapi antibodinya (antiHBc) bisa. IgM antiHBc menunjukkan hepatitis virus akut. Antibodi ini dideteksi setelah HBsAg menghilang dari serum pada 5-6% kasus hepatitis B akut. IgM anti-HBc yang persisten menunjukkan penyakit kronik virus B, biasanya kronik aktif hepatitis. Titer rendah IgG anti-HBc dengan anti-HBs menunjukkan infeksi hepatitis B di masa lampau. Titer tinggi IgG anti-HBc tanpa anti-HBs menunjukkan infeksi virus persisten.
            HBV-DNA adalah petanda yang paling sensitif untuk replikasi virus. Metode yang digunakan sudah beraneka ragam. Metode yang digunakan adalah polymerase chain reaction (PCR). Satu genom viruspun dapat dideteksi. Bahkan HBV-DNA dapat dijumpai pada serum dan hati setelah HBsAg menghilang, khususnya pada pasien dengan terapi anti-viral. HBV-DNA serum merupakan indikator yang baik untuk kadar viremia, dan pada beberapa penelitian berkorelasi dengan kadar transaminase serum serta paralel dengan HbsAg.

J.       PENGOBATAN
1.      Pemberian obat Lamivudine.
2.      Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera).
3.      Pemberian obat Baraclude (Entecavir).
4.      Pemberian suntikan Microsphere.
5.      Injeksi Interferon alfa.



DAFTAR PUSTAKA

Decky. "Hepatitis B dan C”. http://decky28.blogspot.com. 2008

Dusyum, Nurul. “Penyakit Hepatitis B”. http://www.scribd.com.  2011

Hasan, Irsan. “Vaksin Hepatitis B”. http://www.imunisasidewasa.com. 2010