Sunday 16 October 2011

APA SIH SYARAT2 TRANSFUSI YANG BAIK ??


SYARAT MELAKUKAN TRANSFUSI DARAH

Transfusi darah adalah suatu proses pekerjaan memindahkan darah dari orang yang sehat ke orang yang sakit, tujuan Transfusi Darah :
1.      Menambah jumlah darah yang beredar dalam badan orang sakit yang darahnya berkurang akibat karena suatu sebab, misalnya operasi, perdarahan waktu melahirkan, kecelakaan, dll.
2.      Menambah kemampuan darah dalam badan si sakit untuk membawa oksigen, misalnya untuk penyakit yang sel darahnya tidak berfungsi dengan baik.


A.    Syarat Bagi Pendonor
1.      umur 17 - 60 tahun :  Pada usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat ijin tertulis dari orangtua. Sampai usia tahun donor masih dapat menyumbangkan darahnya dengan jarak penyumbangan 3 bulan atas pertimbangan dokter.
2.      Berat badan minimum 45 kg.
3.      Temperatur tubuh : 36,6 - 37,5o C (oral)
4.      Tekanan darah baik ,yaitu:
Sistole = 110 - 160 mm Hg.
Diastole = 70 - 100 mm Hg
5.      Denyut nadi; Teratur 50 - 100 kali/ menit.
6.      Hemoglobin
Wanita minimal = 12 gr %
Pria minimal = 12,5 gr %.
7.      Jumlah penyumbangan pertahun paling banyak 5 kali, dengan jarak penyumbangan sekurang-kurangnya 3 bulan. Keadaan ini harus sesuai dengan keadaan umum donor.

Seseorang tidak boleh menjadi donor darah pada keadaan:
1.      Pernah menderita hepatitis B.
2.      Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah kontak erat dengan penderita hepatitis.
3.      Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah transfusi.
4.      Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah tattoo/tindik telinga.
5.      Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi.
6.      Dalam jangka wktu 6 bulan sesudah operasi kecil.
7.      Dalam jangka waktu 12 bulan sesudah operasi besar.
8.      Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza, cholera, tetanus dipteria atau profilaksis.
9.      Dalam jangka waktu 2 minggu sesudah vaksinasi virus hidup parotitis epidemica, measles, tetanus toxin.
10.  Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah injeksi terakhir imunisasi rabies therapeutic.
11.  Dalam jangka waktu 1 minggu sesudah gejala alergi menghilang.
12.  Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah transpalantasi kulit.
13.  Sedang hamil dan dalam jangka waktu 6 bulan sesudah persalinan.
14.  Sedang menyusui.
15.  Ketergantungan obat.
16.  Alkoholisme akut dan kronik.
17.  Sifilis.
18.  Menderita tuberkulosa secara klinis.
19.  Menderita epilepsi dan sering kejang.
20.  Menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh darah balik) yang akan ditusuk.
21.  Mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya, defisiensi G6PD, thalasemia, polibetemiavera.
22.  Seseorang yang termasuk kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi untuk mendapatkan HIV/AIDS (homoseks, morfinis, berganti-ganti pasangan seks, pemakai jarum suntik tidak steril).
23.  Pengidap HIV/ AIDS menurut hasil pemeriksaan pada saat donor darah.

B.     Syarat Bagi Pasien.
Komponen2  darah :
1.      Darah lengkap (whole blood)
Ø  Volume terdiri dari : 450 ml darah dan 63 ml a.k.
Ø  Berisi : SDM, lekosit, trombosit dan plasma.
Ø  Dipakai untuk menambah jumlah sdm dan plasma.
Ø  Terdapat 2 macam : darah segar (<48 jam) darah simpan (>48 jam).
Ø  Indikasi :
·         Perdarahan akut yg masif (>35-40%).
·         Prabedah

Ø  Tidak diindikasikan pada :
·         Pasien dengan anemia kronik yang normovolemik yang hanya membutuhkan ­ RCM.
·         Mensuplai faktor2 koagulasi (V dan VIII).
·         Mensuplai platelet dan lekosit.
2.      SDM pekat /Packed Red Cells (PRC)
Ø  Diperoleh dari sentrifugasi/sedimentasi Whole Blood.
Ø  Vol  : 150 - 250 ml
Ø  Terdiri dari : sdm, trombosit , lekosit  & << plasma.
Ø  Indikasi :
·         Anemia kronik (normovolemik) misal hemolisis, kegagalan Sumsum Tulang, eritropoiesis inefektif.
·         Perdrhan aktif (trauma, operasi, spontan)
Ø  Tidak diindikasikan :
·         Suplai platelet, granulosit dan faktor koagulan.
3.      SDM pekat miskin lekosit (leukocyte poor PRC)    
Ø  Terdiri dari : sdm, << lekosit dan trombosit.
Ø  Cara : sentrifugasi, pencucian sdm atau dengan filtrasi
Ø  Indikasi :
-          Pasien yang telah mendapat transfusi sebelumnya.
-          Multipara (telah terbentuk akibat lekosit atau platelet)
4.      Trombosit Pekat (Platelet Concentrate)
Ø  Diperoleh dari 450 ml Whole Blood ® thrombopheresis.
Ø  Mengandung : 5,5 x 1010  dalam 50 - 70 ml plasma.
Ø  Indikasi :
-          Jumlah platelet <50.000/ul  + perdarahan.
-          Jumlah platelet <30.000/ul,(-) perdarahan & antisipasi tindakan operasi.
-          Jumlah platelet <20.000/ul, (-) perdarahan & rencana operasi.
-          Trombopati.
5.      Lekosit pekat (Leucocyte Concentrate)
Ø  Melalui proses leukapheresis.
Ø  Perunit : 10 x1010 granulosit, limfosit, plt & sdm dlm 250-300 ml plasma.
Ø  Pemberian : dalam 24 jam.
Ø  Indikasi :
-          Netropenia berat (<0,5 x 109/ml)
-          Septic neonates
-          Severe granulocyte dysfunction syndrome
6.      Fresh Frozen Plasma (FFP)
Ø  Berasal dari separating Whole Blood dan membekuan plasma 6 jam setelah plebotomi.
Ø  Vol. 200 - 250 ml.
Ø  Mengandung albumin, globulin, faktor-faktor koagulasi & protein.
Ø  Plasma beku tetap mengandung faktor koagulasi labil (V, VIII) dan faktor koagulasi stabil (I,II, VII,IX,X, XI, XII,XIII dll)
Ø  Pencairan : 35-37 0 C ® segera transfusi.
Ø  Pemberian : blood filter.
Ø  Indikasi :
·         Defisiensi faktor koagulasi multiple.
·         Transfusi masif ® dilutional coagulopathy.
·         Efek terhadap warfarin.
·         Defisiensi faktor koagulasi spesifik.
·         TTP (Thrombotic Thrombocytopenia Purpura)
7.      Kriopresipitat (Cryoprecipitate).
Ø  Diperoleh dari pencairan 1 unit FFP pd suhu 40C.
Ø  Mgdg : F VIII:C, fibrinogen, Fk XIII, von Wille-brand fct (VIII:vWF).
Ø  Indikasi :
-          vWF disease
-          Hipofibrinogenemia.
-          Hemofilia A (def fkt  VIII:C)
-          Def. fkt XIII
8.      Derivat Plasma
a.       Albumin : Berisi albumin.
Ø  Indikasi :
                         ~ deplesi albumin kronik
                         ~ luka bakar
                         ~ kehilangan drh/plasma akut
                         ~ hemodilusi akut
                         ~ me­kadar protein plasma
b.      Immune Serum Globulin : Mgdg > 90% IgG  dan  << IgA, IgM.
Ø  Indikasi :
-          imunodefisiensi primer.
-          peny. autoimun (ITP).
-          me ­ ketahanan tubuh
-          IM or IV

C.    Syarat Pemeriksaan Transfusi.
1.      Pra Analitik.
Tahapan kegiatan pengelolaan darah untuk mendapatkan darah sampai dengan kondisi siap pakai, yang mencakup antara lain :
1.      Rekruitmen donor.
2.      Pengambilan darah donor.
3.      Pemeriksaan uji saring.
4.      Pemisahan darah menjadi komponen darah.
5.      Pemeriksaan golongan darah.
6.      Pemeriksaan kococokan darah donor dengan pasien.
7.      Penyimpanan darah di suhu tertentu, dll.
Untuk melaksanakan tugas tersebut dibutuhkan sarana penunjang teknis dan personil seperti :
a.       Kantong darah.
b.      Peralatan untuk mengambil darah.
c.       Reagensia untuk memeriksa uji saring, pemeriksaan golongan darah, kecocokan darah donor dan pasien.
d.      Alat-alat untuk menyimpan dan alat pemisah darah menjadi komponen darah.
e.       Peralatan untuk pemeriksaan proses tersebut.
f.       Pasokan daya listrik untuk proses tersebut dan
g.      Personil PMI yang melaksanakan tugas tersebut.










Syarat-syarat permintaan darah
a.       Formulir permintaan darah
Formulir permintaan darah yang dibuat rangkap harus diisi lengkap dan ditandatangani oleh dokter yang merawat pasien. Dalam formulir harus memuat jelas identitas pasien, nama, sex, umur, Bagian/Ruang/Nomor tempat tidur di rumah sakit harus dicantumkan jenis darah/ komponen yang diminta dan volumenya.
Contoh Darah Pasien
Contoh darah pasien harus diberi etiket dan mencantumkan dengan jelas identitas pasien dan harus sesuai dengan yang tercantum dalam permintaan darah.
Contoh Darah Donor
Darah donor dipilih yang sesuai golongan ABO dan rhesusnya dengan golongan darah pasien. Sebelum uji cocok serasi golongan darah donor ini harus diperiksa ulang. Darah donor yang dipilih tidak boleh menunjukan tanda-tanda hemolisis.
b.      Kantong Darah Donor
Darah donor yang sudah memenuhi persyaratan dan telah melalui pemeriksaan-pemeriksaan harus dilengkapi dengan label. Dalam label harus ditulis untuk nama pasien dengan identitasnya, volume darahnya, dan pernyataan hasil uji cocok serasi oleh pemeriksaanya. Darah ini bersama tindasan formulir permintaan darah dikirimkan kedokter yang merawat. Dalam formulir harus menyebutkan jumlah unit darah dan masing-masing unit dicatat sesuai dengan labelnya. Kantong darah lengkap bisa diolah menjadi: (contoh) 2 macam komponen: Plasma dan sel darah merah pekat/DMP dan 3 macam komponen: Plasma, DMP, Trombosit.
2.      Analitik
Sistem dan Mekanisme dalam Pelaksanaan Donor Darah.
a.       Donor menyerahkan kartu donornya kepada petugas transfusi bila sudah pernah donor, dan yang baru dibuatkan kartu donor.
b.      Donor ditimbang berat badannya.
c.       Donor dites golongan darahnya dan kadar haemoglobin (Hb).
d.      Setelah memenuhi untuk menjadi donor sesuai persyaratan diatas seperti Hb normal, berat badan cukup, maka donor dipersilakan tidur untuk diperiksa kesehatannya oleh dokter transfusi.
e.       Setelah memenuhi syarat (sehat menurut dokter) barulah petugas transfusi darah (AID/PTID) siap untuk menyadap (mengambil) darahnya berdasarkan berat badan (250 cc – 500 cc).
f.       Setelah diambil darahnya donor dipersilakan ke kantin donor untuk menikmati hidangan ringan berupa kopi/susu, telor dan vitamin.
g.      Donor kembali ke bagian administrasi untuk mengambil kartu donornya yang telah diisi tanggal penyumbang dan registrasi oleh petugas.
h.      Selesai.

Pemeriksaan yang dilakukan di Bank Darah :
1.      Golongan Darah ABO/Rhesus Pasien dan Donor.
2.      Uji Silang Serasi.
3.      DCT.

Langkah-langkah pemeriksaan kompatibilitas Bank Darah :
1.      Cocokan identitas contoh darah pasien dengan identitas di formulir permintaan.
·         Bila identitas tidak cocok, harus dikembalikan dan meminta contoh darah baru.
·         Jangan sekali-kali merubah sendiri apa yang tertera pada label contoh darah tersebut.
2.      Periksa fisik contoh darah pasien.
·         Penampilan contoh darah : lisis / tidak.
·         Volume contoh darah :
v  Dewasa : 7 ml
v  Anak : 5 - 12 th  : 5 ml, 1 - 5 th    : 3 ml, < 1 th      : 2 ml.
·         Darah beku/EDTA.
·         Tidak Boleh > 48 jam.
3.      Periksa golongan darah pasien ( ABO dan Rhesus)
Golongan Darah ABO
Ø  sel grouping (dengan anti-A dan anti-B) dan serum grouping (dengan sel A dan sel B), metode tube test.
Ø  apabila ada kelainan dalam pemeriksaan maka harus diselesaikan dahulu penyebab kelainan sampai menemukan golongan darah yg sebenarnya.
Golongan Darah Rhesus
Ø  dengan anti-D dan kontrol (BA 6%).
4.      Cek ulang golongan darah donor yang sesuai.
o   Re-konfirmasi pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus darah donor.
5.      Uji Silang Serasi
v  Mendeteksi ada tidaknya antibodi, baik antibodi komplit (IgM) maupun antibodi inkomplit (IgG) yg terdapat dalam serum / plasma pasien maupun dalam plasma donor yg mempunyai arti klinis yg dapat menyebabkan kerusakan pada sel darah merah.
v  Cek akhir uji kecocokan golongan darah ABO.

Penyimpanan contoh darah :
a)      Contoh darah pasien dan donor diletakkan bergabung, diikat menjadi satu dan harus disimpan selama 7 hari setelah darah dikeluarkan untuk transfusi.
b)      Contoh darah ini dapat dipakai sebagai bahan pemeriksaan kalau ada reaksi transfusi.
o   EDTA Whole Blood  : 
§  18 -25 C : s/d 48 jam
§  4 C         : s/d 7 hari
§  -30 C      : -
o   Plasma/Serum : 
§  4 C       : s/d 7 hari
§  - 30 C  : 6 bulan

3.      Post Analitik
Darah yang diperiksa harus kompatibel dengan darah pasien. Bila incompatibel ditansfusikan dapat terjadi Reaksi Imunologik dan reksi non imunologik.

REAKSI IMUNOLOGIK
Reaksi Transfusi Hemolitik
Reaksi transfusi hemolitik merupakan reaksi yang jarang terjadi tetapi serius dan terdapat pada satu diantara dua puluh ribu penderita yang mendapat transfusi. Lisis sel darah donor oleh antibodi resipien. Lisis sel resipien oleh antibodi darah transfusi secara masif. Reaksi ini sering terjadi akibat kesalahan manusia sebagai pelaksana, misalnya salah memasang label atau membaca label pada botol darah. Hal ini bisa terjadi dengan cara :
-          Reaksi transfusi hemolitik segera.
-          Reaksi transfusi hemolitik lambat.

TANDA-TANDA REAKSI HEMOLITIK
Tanda-tanda reaksi hemolitik ialah menggigil, panas, kemerahan pada muka, bendungan vena leher , nyeri kepala, nyeri dada, mual, muntah, nafas cepat dan dangkal, takhikardi, hipotensi, hemoglobinuri, oliguri, perdarahan yang tidak bisa diterangkan asalnya, dan ikterus. Pada penderita yang teranestesi hal ini sukar untuk dideteksi dan memerlukan perhatian khusus dari ahli anestesi, ahli bedah dan lain-lain. Diagnosis dapat ditegakkan dengan adanya hemoglobinemi dan hemoglobinuri. Urine menjadi coklat kehitaman sampai hitam dan mungkin berisi hemoglobin dan butir darah merah.
TERAPI REAKSI HEMOLITIK
Terapi reaksi transfusi hemolitik : pemberian cairan intravena dan diuretika. Cairan digunakan untuk mempertahankan jumlah urine yang keluar. Diuretika yang digunakan ialah : Manitol 25 %, sebanyak 25 gr diberikan secara intravena kemudian diikuti pemberian 40 mEq Natrium bikarbonat. Furosemid. Bila terjadi hipotensi penderita dapat diberi larutan Ringer laktat, albumin dan darah yang cocok. Bila volume darah sudah mencapai normal penderita dapat diberi vasopressor. Selain itu penderita perlu diberi oksigen. Bila terjadi anuria yang menetap perlu tindakan dialisis.
Cara menghindari reaksi transfuse dan Untuk mengerjakan ini perlu dilakukan : Tes darah, untuk melihat cocok tidaknya darah donor dan resipien. Memilih tips dan saringan yang tepat. Pada transfusi darurat : Banyak situasi terjadi dimana kebutuhan darah sangat mendesak sebelum dilakukan pemeriksaan cocok tidaknya darah secara lengkap. Dalam situasi demikian tidak perlu dilakukan pemeriksaan secara lengkap, dan jalan singkat untuk melakukan tes bisa dikerjakan sebagai berikut : Type-Specific, Partially Crossmatched Blood. Bila kita menggunakan darah “un-crossmatched”, maka paling sedikit harus diperoleh tipe ABO-Rh dan sebagian “crossmatched”. Tipe-Specific, Uncrossmatched Blood. Untuk penggunaan tipe darah yang tepat maka tipe ABO-Rh harus sudah ditentukan selama penderita dalam perjalanan ke rumah sakit. O Rh-Negatif (Universal donor) Uncrossmatched Blood
Golongan darah O kekurangan antigen A dan B, akibatnya tidak dapat dihemolisis baik oleh anti A ataupun anti B yang ada pada resipien. Oleh sebab itu golongan darah O kita sebut sebagai donor universal dan dapat digunakan pada situasi yang gawat bila tidak memungkinkan untuk melakukan penggolongan darah atau “crossmatched”. Tetapi bagaimanapun juga pemberian darah golongan inipun bukan tanpa resiko.
Reaksi Transfusi Non Hemolitik.
TANDA-TANDA REAKSI NON HEMOLITIK
Tanda-tandanya adalah sebagai berikut: Menggigil, panas, nyeri kepala, nyeri otot, mual, batuk yang tidak produktif. Reaksi alergi “Anaphylactoid”. Keadaan ini terjadi bila terdapat protein asing pada darah transfusi. Urtikaria, paling sering terjadi dan penderita merasa gatal-gatal. Biasanya muka penderita sembab. Terapi yang perlu diberikan ialah antihistamin, dan transfusi harus disetop. Alergi yang berat jarang terjadi dan ini kita sebut reaksi anafilaksis, dengan tanda-tanda sebagai berikut : sesak nafas, hipotensi, edema larings, nyeri dada, dan shok. Reaksi anafilaksis ini disebabkan karena transfusi IgA kepada penderita yang kekurangan IgA dan telah terbentuk anti IgA. Tipe reaksi ini tidak termasuk tipe kerusakan sel darah merah, kejadiannya sangat cepat dan biasanya terjadi sesudah mendapat transfusi darah atau plasma hanya beberapa ml. Penderita yang menunjukkan tanda-tanda reaksi anafilaksis bila perlu mendapat darah, harus diberi sel darah merah yang telah dibersihkan dari semua sisa donor IgA, atau dengan darah yang sedikit mengandung protein IgA.

REAKSI NON IMUNOLOGIK
Reaksi transfusi “Pseudohemolytic”
Termasuk disini ialah lisis terhadap sel darah merah tanpa reaksi antigen-antibodi. Hemolisis ini dapat terjadi akibat obat, macam-macam keadaan penyakit, trauma mekanik, penggunaan cairan dextrosa hipotonis, panas yang berlebihan dan kontaminasi bakteri. Reaksi yang disebabkan oleh volume yang berlebihan.
Reaksi karena darah transfusi terkontaminasi Virus hepatitis. Risiko terkena hepatitis sesudah transfusi merupakan keadaan klinik yang penting. Tes untuk HBV (Hepatitis B Virus), penyaringan untuk Non-A dan Non-B juga bisa mengurangi risiko terkena transmisi penyakit tersebut. Lain-lain penyakit yang terlibat pada terapi transfusi misalnya malaria, sifilis, virus CMG dan virus Epstein-Barr parasit serta bakteri.


DAFTAR PUSTAKA

Adison. Teknik Pemeriksaan Golongan Darah ABO Dan Rhesus Serta Syarat-Syarat Melakukan Transfusi Darah. http://analisqmateri.blogspot.com. 2010

IndoForum. Syarat Menjadi Donor Darah. http://www.indoforum.org.

Blogger Boja. Sejarah Singkat PMI dan Pedoman Tranfusi Darah. http://www.sodiycxacun.web.id. 2010


Woda, Mercy. Bank Darah Rumah Sakit (BDRS). http://mercywoda.blogspot.com. 2010
Tata Cara Donor Darah. http://www.pmibali.or.id.

No comments: